Tangerang Selatan, 8 Agustus 2025 – Program Studi Sastra Inggris Universitas Terbuka menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema Pengembangan Laboratorium Penerjemahan Digital pada Jumat (8/8). Kegiatan ini menghadirkan akademisi dan praktisi penerjemahan, dengan tujuan merumuskan arah pengembangan laboratorium digital yang diharapkan dapat menjadi sarana inovatif bagi mahasiswa dan dosen dalam praktik penerjemahan.
FGD dihadiri oleh Ketua Umum Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI), Dr. Indra Listyo, S.Pd., M.Hum., Dosen Universitas Indonesia Dr. Doni Jaya, M.Hum., serta praktisi penerjemah sekaligus pemilik biro penerjemahan, Uki Ukanto. Selain itu, dosen-dosen Sastra Inggris Universitas Terbuka juga turut aktif memberikan masukan terkait kebutuhan akademik dalam penerjemahan digital.
Dalam sambutannya, perwakilan Prodi Sastra Inggris menekankan bahwa laboratorium penerjemahan digital bukan hanya fasilitas pendukung, tetapi juga sebuah inovasi strategis untuk menjawab tantangan globalisasi, teknologi, dan pasar kerja. “Mahasiswa perlu dipersiapkan tidak hanya dengan teori, tetapi juga keterampilan praktis menggunakan perangkat digital yang kini menjadi standar industri,” ujarnya.
Dalam FGD, Dr. Indra Listyo menekankan bahwa penerjemah harus memiliki kompetensi linguistik yang kuat serta pengetahuan ekstralinguistik agar mampu menghasilkan terjemahan yang andal dan natural. Beliau juga menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi seperti AI dan CAT tools, namun tetap menekankan etika, profesionalitas, dan keterampilan manajemen proyek. Dr. Doni Jaya menambahkan bahwa laboratorium digital sebaiknya melatih mahasiswa tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi juga sosial, seperti mencari klien, negosiasi harga, hingga penyelesaian proyek melalui simulasi yang menekankan proses, bukan hanya hasil akhir. Sementara itu, Uki Ukanto menegaskan perlunya penguasaan CAT tools dan machine translation, dengan posisi penerjemah manusia sebagai pengendali kualitas yang tidak tergantikan. Beliau juga menekankan pentingnya keterampilan interpersonal, negosiasi, dan keberlanjutan bisnis penerjemahan melalui pelayanan yang profesional kepada klien.
Diskusi berjalan dinamis, dengan para dosen UT menyoroti aspek kurikulum, integrasi dengan pembelajaran jarak jauh, serta peluang penelitian mahasiswa. Beberapa usulan mengemuka, seperti pembuatan modul latihan berbasis cloud, pengembangan glosarium interaktif, hingga kerja sama dengan industri untuk proyek penerjemahan nyata.
FGD ini diakhiri dengan penegasan komitmen bersama: laboratorium penerjemahan digital akan dirancang sebagai ruang kolaboratif yang menggabungkan keilmuan, praktik, dan teknologi. Hasil diskusi akan dirumuskan lebih lanjut dalam bentuk rancangan kurikulum, modul pembelajaran, serta prototipe laboratorium yang ditargetkan dapat diimplementasikan mulai tahun ajaran mendatang.