Prodi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan menyelenggarakan webinar berjudul “Penerjemahan dalam Diplomasi Kebudayaan” pada 8 Maret 2023. Terdapat tiga narasumber dalam webinar ini, yaitu Prof.Dr. Rahayu Surtiati Hidayat (Universitas Indonesia), John H. McGlynn (The Lontar Foundation), dan Drs. Agus Riyanto, M.Ed. (Universitas Terbuka). Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dan dihadiri oleh dosen-dosen Prodi dan UPBJJ serta mahasiswa Prodi Sastra Inggris.
Webinar ini menyajikan materi-materi yang menarik dan edukatif dari tiap narasumber. Materi pertama berjudul “Akurasi dalam Pengalihan Makna Budaya” oleh Prof. Rahayu Surtiati Hidayat. Menurut Prof. Dr. Rahayu, penerjemahan yang biasanya dianggap sebagai jembatan pada dua penutur yang berbeda ternyata dapat menjadi kegiatan untuk memperkenalkan kebudayaan yang berbeda pula. Pengalihan makna budaya merupakan masalah penerjemahan yang sulit dipecahkan. Hal ini karena budaya masyarakat saling berbeda satu sama lain, oleh karena itu penerjemah harus mampu memperkenalkan suatu budaya berbeda tersebut agar dipahami oleh masyarakat lain melalui kata-kata hasil terjemahan. Penerjemahan merupakan alat yang digunakan untuk memperkenalkan berbagai budaya di Indonesia kepada masyarakat yang memiliki budaya berbeda.
Materi kedua dibahas oleh John McGlynn terkait “Sastra Indonesia sebagai Wahana Diplomasi”. Sekian banyak karya sastra Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa Cina dan Rusia. Namun, baru pada tahun 1965 karya sastra Mochtar Lubis berjudul “Senja di Jakarta” diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul “Twilight in Jakarta”. Para penerjemah yang bekerja demi kecintaan akan sastra Indonesia atau berkeinginan untuk memperkenalkan Indonesia pada dunia dikenal sebagai single fighters (pejuang yang sendirian). Meskipun demikian, para penerjemah tersebut tidak berlangsung lama dan memutuskan untuk tidak melanjutkan menerjemahkan karya sastra Indonesia. Oleh sebab itu, dianggap perlu adanya sebuah Lembaga yang menaungi para penerjemah agar dapat terus memperkenalkan karya sastra Indonesia secara luas. Karena adanya kendala bahasa, sedikit sekali penerbit asing yang mampu menerjemahkan karya sastra negeri padahal karya sastra Indonesia tidak kalah berkualitas dengan karya sastra negara-negara lain.
Materi ketiga dengan judul “Penerjemah dalam Diplomasi Mutilateral: Mencermati Peran Penerjemah dalam Naskah Terkait Hak-Hak Anak (2004-2005) disajikan oleh Drs. Agus Riyanto, M.Ed. yang merupakan dosen Prodi Sastra Inggris UT. Multilateralisme adalah proses yang melibatkan lebih dari 2 pihak, khususnya negara-negara yang berbeda, untuk menyampaikan gagasan/ide di tempat lain. Penerjemahan dalam diplomasi multilateral bertujuan untuk memberikan landasan hukum dan kebijakan yang kuat dan jelas di Indonesia bahwa anak-anak harus dilindungi identitasnya dan bagaimana hak kebangsaan anak dilindungi. Bapak Agus juga menjelaskan proses menerjemahkan buku-buku terkait dengan diplomasi multilateral seperti pedoman pelatihan sistem pencatatan sipil. Penjelasan proses ini penting untuk diketahui mahasiswa penerjemahan dan para penerjemah lainnya.
Diharapkan dengan diselenggarakannya webinar ini para peserta dapat memahami peran penerjemahan dalam diplomasi kebudayaan dan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai bidang penerjemahan terkait diplomasi kebudayaan. Webinar ini dapat ditonton di kanal Youtube UT-TV atau melalu tautan https://sl.ut.ac.id/seminarBING2023-uttv. (EM)