Tawau, 10 Agustus 2025 — Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau bekerja sama dengan Universitas Terbuka (UT) mengadakan pelatihan bagi 93 guru Community Learning Center (CLC) di Aula Nusantara, KRI Tawau pada 9 Agustus 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Internasional 2025 dan melibatkan narasumber dari Universitas Terbuka, KRI Tawau, FGV Holdings Berhad, serta Universiti Malaysia Sabah (UMS).
Dalam sambutannya, Konsul RI Tawau menegaskan pentingnya pelatihan ini mengingat jumlah murid CLC di wilayah kerja KRI Tawau hampir mencapai 12.000 dan terus bertambah seiring pendirian CLC baru oleh perusahaan-perusahaan sawit. Ia menyebut, keberadaan CLC turut berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas perusahaan.

Konsul RI juga mengapresiasi materi yang disampaikan oleh tim UT, di bawah kepemimpinan Anto Hidayat, karena selaras dengan misi KRI Tawau dalam memperkuat literasi kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda Indonesia di Sabah.
“Hampir seluruh siswa CLC di Sabah lahir dan tumbuh di tengah perkebunan sawit, dengan akses yang terbatas terhadap informasi tentang Indonesia. Maka, penguatan identitas dan pengetahuan kebangsaan menjadi sangat krusial,” ujar Konsul RI. Sejak Agustus 2024, KRI Tawau telah menjalankan program Consulate Goes to CLC dengan kegiatan seperti upacara bendera, penguatan nilai-nilai kebangsaan, dan distribusi buku-buku Pancasila ke CLC.

Ketua tim UT, Anto Hidayat, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah memperluas akses dan kualitas pendidikan bagi komunitas guru Indonesia di luar negeri, khususnya di Sabah. Pelatihan kali ini mengusung tiga tema utama: literasi kebangsaan, asesmen pendidikan, dan media pembelajaran. Selain pelatihan, UT juga memberikan hibah berupa laptop, proyektor, speaker portable, alat peraga, baju adat, dan alat musik untuk mendukung operasional CLC.
Perwakilan FGV Holdings Berhad, Mohd Razib Bin Ramlan, menyambut positif keberlanjutan program ini. Ia menegaskan bahwa FGV mendukung hak pendidikan bagi semua anak tanpa membedakan latar belakang bangsa maupun agama. “Melalui pendidikan berkualitas, anak-anak CLC memiliki peluang untuk masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Sesi pelatihan dimulai dengan materi inovasi dalam asesmen pembelajaran oleh Rika Aprianti, M.Pd., yang mengangkat strategi asesmen nondigital sebagai pelengkap pelatihan daring sebelumnya. Kemudian, Refisa Ananda, M.Pd., memaparkan hasil tugas guru berupa media pembelajaran berbasis budaya yang mendukung pendekatan kontekstual dalam pengajaran.
Pada sesi Gelar Karya Literasi Kebangsaan yang dipandu oleh Erna Risnawati, M.Si., guru dan siswa CLC menampilkan hasil proyek literasi seperti poster dan video. Sebagai bagian dari kegiatan ini, juga diadakan lomba mewarnai bertema “Keberagaman Budaya Indonesia”, diikuti oleh 17 siswa CLC.

Setelah istirahat siang, acara dilanjutkan dengan pengumuman pemenang lomba dan penyerahan hadiah. Kegiatan ditutup dengan sesi pelatihan dari Universiti Malaysia Sabah bertema “Pemanfaatan AI dalam Pembelajaran di Kelas” yang dibawakan oleh Dr. Mad Noor Bin Madjapuni, memberikan wawasan praktis tentang penerapan teknologi kecerdasan buatan dalam pendidikan.
Melalui kolaborasi ini, Universitas Terbuka dan para mitra menunjukkan komitmen dalam memperluas akses pendidikan, memperkuat literasi kebangsaan, serta mendorong inovasi pembelajaran bagi anak-anak migran Indonesia di Sabah.



